Hari ini gw coba bikin blog…nggak tau nech mau di isi apa aja…masih bingung hehehe…but I hope whatever I`ll do in this blog , palingg nggak bisa sedikit ngeluarinapa yang gue bisa , gue pengen, hehehe…kasih coment yupz…klo ada karya karya gue yang masuk disini semuga bisa di bilang bagus yupz…hehehe(narsis…). Arigato gozaimassu .
here they are...
“Jangan menangis Dara!”
Sore itu langit mendung! Semendung hatinya yang bertudung. Awan hitam menggulung, mengumpat dalam hatinya . Meneteskan titik titik air lewat kedua matanya.
Seorang dara terisak sambil memeluk tubuhnya, di sudut disebuah ruangan perpustakaan sekolah. Nampaknya dia benar benar sedang hancur. Entah mengapa teman sekolahnya begitu tega mengerjainya seperti ini.
Entah sudah keberapa kalinya dia di kerjai seperti ini. Beberapa orang selalu mengerjai atau berbuat jahil padanya. Pernah suatu kali seseorang mengunci Dara di ruang olah raga. Semua itu berawal sejak pertama kali Dara pindah ke sekolah ini. Ditambah lagi gosip tentang kedekatan Dara dengan seorang cewek tomboy, anak kelas duabelas.
Sejak saat itu, entah siapa yang menyebarkannya, ada berita kalau Dara itu seorang lesbian. Ditunjang lagi , Dara pernah punya cowok dan kedekannya dengan anak kelas duabelas itu. Sejak kedekatannya dengan Brisa , beberapa orang mulai kembali menjahili Dara.
Di kelasnya, Dara sudah biasa menjadi makhluk asing! ada seorangpun yang mau mendekatinya. Orang orang memandangnnya dengan tatapan aneh.
Cewek kutu buku dari desa yang bisa mendadani dirinya. Untung saja pakaiannya sekucel wajahnya. Padahal Dara itu berasal dari keluarga yang serba kecukupan. Namun entah mengapa Dara mau menyisihkan sebagian uang jajannya untuk memperbaiki penampilannya.
Diruangan sepi itu Dara melepaskan kesedihannya. Dia terlalu lelah untuk mengingat apa apa yang sudah orang orang perbuat dengannya. Kadang tangis adalah obat terbaik untuk meluapkan kesedihan seseorang.
Dara bisa mikir, kenapa orang orang sebegitu jahatnya dengannya. Kepindahannya kesekolah ini adalah petaka kecil. Dan akibat kedekatan Dara dengan Brisa memicu petaka yang lebih besar lagi. Padahal kedekatan Dara dengan Brisa hanya sekedar hubungan teman saja . lebih!
“Shhh…” Angin dingin menyapu tengkuk Dara, membuatnya bergidik dan sedikit takut! Dara sepat cepat menghapus air matanya , lalu mengedarkan pandangan keseluruh penjuru perpustakaan ini.
Sekelibat rasa takut Dara, membuatnya menengok kekanan dan kekiri dengan penuh rasa was was. Setahunya dari tadi ada orang yang berkeliaran disini . Bahkan penjaga perpustakaanpun ngak ada sejak tadi.
“Aaakkhh!!!” pekik Dara hampir meloncat.
Seseorang menawarkan sapu tangan berwarna abu abu . Seorang cowok! Ganteng lagi! Gimana bisa dia ada di samping gue? Pikir Dara .
“Gue paling nggak suka liat cewek nangis!”Seru Cowok itu. Dengan ragu ragu Dara mengambil sapu tangan itu. Lalu cowok itu melengos ,pergi meninggalkan Dara.
Esoknya Dara berniat mengembalikan sapu tangan itu. Tapi Dara tahu harus mengembalikan sapu tangan itu kemana. Tapi yang pasti cowok itu pasti salah satu siswa di SMA ini. Dara bisa melihat dengan jelas logo almamater yang tertempel di seragam cowok itu.
Tapi niat hanya niat. Apa mungkin Dara harus mengetuki semua kelas yang ada di sekolah ini. Bisa gila , pikirnya.
Dara mencoba bertanya ke petugas Perpustakaan tentang cowok yang datang kemarin sore saat hujan. Tapi petugas itu bilang kemarin ada yang ke perpustakaan selalin Dara , karena diluar hujan , perpustakaan di kunci dan hanya Dara yang dipinjamkan kunci serep oleh petugas itu. Dara bingung!
Lalu Dara kembali menyimpan sapu tangan itu . Berharap suatu saat bisa mengembalikannya pada sang pemilik. Dan bertemu dengan cowok ganteng itu tentunya.
Tugas tugas yang menumpuk membuat Dara sedikit kewalahan. Dara memilih mengerjakan tugasnya di perpustakaan. Entah mengapa Dara menganggap tempat itu nyaman. Lihat saja tumpukan buku yang tak beraturan itu. Juga bangku bangku kosong yang dihiasi debu. Dengan adanya buku buku baru saja , ngak ada yang bisa menarik minat siswa untuk menghabiskan waktunya disini. Tapi Dara…
“Perlu bantuan?”
“Akkkhhh!!!”pekik Dara terkejut lalu buku buku yang dipeluknya jatuh berhamburan. Seorang cowok berdiri dihadapan Dara. Membuat jantung Dara mau copot.
“Kenapa sich loe ngagetin gue mulu!” Seru Dara gelagapan.
Tanpa memperdulikan ocehan Dara, cowok itu membantu memunguti buku yang terjatuh tadi. Cowok itu tertarik pada buku tulis Dara. Lalu dia mendudukan dirinya di bangku.
“Kamu pasti lagi bingung nyelesein PR ini kan?”Tanyanya hangat.
Dara mengangguk. Dara duduk menghadap cowok itu. Dia masih risih dengan keberadaan cowok itu yang tiba tiba.
“Soal ini …gini…coba deh kamu itu… disini…”seru cowok itu menerangkan soal kalkulus yang susah mampus. “Trus kalo yang ini tinggal di…”lanjutnya.
Dia menerangkan soal itu dengan lancar. Yang awalnya risih , Dara malah jadi nyaman memperhatikan apa yang diterangkan oleh cowok itu. Hampir keseluruhan soal berhasil mereka pecahkan. ada lagi dinding pembatas. Mereka jadi akrab.
“Ummm… sebenernya gue mau balikin sapu tangan loe…makasih yach!”Seru Dara malu malu.
“Ahhh…okay…bay the way sorry banget yach… aku udah harus pergi…ada urusan neh! Ntar kalo ada soal yang mau kamu tanyain lagi, besok dateng kesini aja jam seginian.” Serunya sambil beranjak berdiri dan meninggalkan Dara. Dara terpaku ketampanan cowok itu, lalu tersadar sesaat.
Shit! Gue belom nanya nama dia. “Woi… nama loe siapa???”teriak Dara
“Aku…Rio…” Sambil melempar senyumnya yang crunchy!
Sejak pertemuan itu Dara menjadi semangat datang kesekolah! Peduli untuk orang orang yang memandangnya aneh dan terus menjahilinya. Yang dia inginkan bertemu lagi dengan cowok itu. Rio !
Dengan semangat empat lima Dara mendatangin perpus itu , sesuai dengan kesepakatan kemarin . Ruangan itu dipenuhi mahluk semacam Dara. Kutu buku yang sulit bersosialisasi dengan dunia luar. Mendapatkan pelajaran hanya melalui buku, bukan pengalaman.
Dara celingak celinguk!
“Ssshhh…” Angin dingin menyapu tengkuknya. Entah mengapa ruangan ini nampak begitu dingin. Mungkin karena atapnya yang sudah bolong pikir Dara.
“Tap” Seseorang menepuk bahu Dara
“Akhhh!!!” teriak Dara. “Ssshhttt…”Seru Rio menenangkan Dara, mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Orang orang terpancing teriakan Dara.
“Loe ngagetin gue lagi!!!” Seru Dara mengusap dadanya.
Dara berjalan keujung perpus. Tempat favoritnya! Disitu ada kutu buku yang hinggap . Sepi! Enak buat ngobrol.
“Maaf yaaa…kamu masih marah?”Rio memerkan senyum crunchynya. Memamerkan senyum yang mampu membuat Dara tenggelam kedalamnya sekaligus terbang ke angkasa sana.
Sejak itu, mereka semakin sering bertemu. Entah gimana, mengapa, kenapa, Dara jadi rajin perhatiin dirinya sendiri. Merawat dirinya , memotong rambutnya . Rio juga mengajarkan Dara agar bisa bersosialisasi dengan teman temannya. Agar Dara terus terusan dijahili dan menadapat banyak teman.
Hari hari Dara menjadi lebih menyenangkan dengan perubahan dalam dirinya. Dia lebih percaya diri, cantik dan punya banyak teman. Juga ada Rio yang selalu membuat Dara tersenyum bahagia.
Dara menikmati setiap pertemuan rahasianya dengan Rio. Ada saja hal hal menarik yang mereka bicarakan. Membuat waktu terasa pelit memberikan tiap menitnya pada Dara.
Sampai…
“Guys…dateng ke pensi 21 yach… sodara gue punya banyak tiket gratis neh.!!!tapi bawa pasangan masing masing! Coz malamnya ada Prom dance gitu” Seru Ceryl didepan kelas. Cewek nyebelin yang selalu bikin Dara mengelus dadanya karena sindirannya yang pedas.
“Oh my god!!! Since when loe berubah?…baru tau gue…loe baru jadian sama cewek baru yang kaya yach?!!” Seru Ceryl meremehkan.
“Loe mau ikut pensi ini?Tapi…Ow…ow…ow… boleh ada lesbi yang dansa di Prom ini!” Serunya sengak.
Damn!Pikir Dara. “Heh! Jaga rahang loe, atau mau gue patahin…gue pasti daten ke acara ini bawa C-O-W-O-K!!!dan gue bukan lesbian!” Sentak Dara emosi, lalu berjalan meninggalkan kelas.
“Ok…we`ll see!”Ceryl tersenyum kecut.
“Yo…please banget … bisa kan?”pinta Dara pernuh harap.
“Kamu bisa kan temenin aku ke pensi itu?”
Sejak mereka semakin dekat Dara mengunakan “loe –gue “nya lagi untuk berbicara dengan Rio!
“Eemmhhh…gimana yach…”Rio nampak berfikir keras.
“Kamu pengen banget yach dateng ke pensi itu?” Tanya Rio sambil membelai halus pipi Dara, tega ngeliat makhluk manis yang kini merengek didepannya.
Dara menggangguk cepat. “ Aku pengen nunjukin ke mereka kalo aku seperti yang mereka bilang…lesbian…”Seru Dara tiba tiba murung.
“Aku … aku usahain yach…” Rio tersenyum misterius seolah menyembunyikan sesuatu.
Sudah lebih dari satu jam Dara menunggu . Kakinya mulai letih menggunakan high heels. Rio belum juga menunjukan batang hidungnya.
Dara nampak cantik memakai baby dool putih dengan kerutan didadanya. Rambutnyapun dikeriting gantung . Penampilannya berbeda sekali dengan pertama kali Dara pindah kekota .
Kemeriahan nmpak sekali terlihat di lapangan ini. Semua pasangan nampak menikmati acara ini. Dari jauh Dara bisa melihat Ceryl yang cantik, melangkah mendatanginya.
“Mana cewek eh…cowok loe? Lagi dandan, ato lagi berusaha mirip miripin jadi cowok?” tanya Ceryl sinis , membuat Dara semakin jengah menunggu seperti ini.
“Uh…poor you are…Yawda tunggu ja COWOK loe itu”. Ceryl mendekatkan wajahnya ketelinga Dara dan berbisik “ Anyway loe keliatan cantik malem ini” lalu melengang pergi meninggalkan Dara.
Jam dinding di belakang lapangan sudah berdentang duabelas kali. Acara puncak serta kembang apipipun sudah selesai di gelar. Namun Rio belum menunjukan tanda tanda kedatangannya.
Mata Dara berkaca kaca. Ia tidak bisa menahan air mata yang memenuhi pelupuk matanya. Dara duduk di kursi stan yang kosong. Semua orang nampak bahagia, except her!
“Damn!!!Kenapa dia dateng?!!”Dara bisa lagi mengontrol emosinya. Dia menjinjing high hellsnya lalu menyetop sebuh taxi lal pulang dengan perasaan campur aduk!
Dara berusaha mencari data Rio di ruang TU. Secara dia diam Dara mencari dimana kelas Rio. “Akh… ternyata dia sekelas dengan Brisa!”
Dara cepat cepat berlari ke ruang kelas Duabelas Ipa 2. Dara celingak celinguk , mencoba mencari sosok Rio. Kalo dia berhasil menghadiahkan bogem mentah pada cowok itu jangang harap malam ini Dara bisa tidur dengan nyenyak.
“Dara…”Seru seseorang memanggilnya, Dara menoleh.
“Loe mau cari gue??”Tanya Brisa.
“… eh…loe liat Rio ?”tanya Dara sabaran.
“Rio???”Brisa nanya balik, sedikit binggung.
“Iya Rio… dia temen sekelas loe kan?”
“Wait…wait…memangnya kapan loe pernah ketemu sama Rio?”
“Uummm…kira kira dua minggu yang lalu lah…”
“Loe bcanda nih…”
“Gue srius Brisa…cepetan gue perlu ketemu sama cowok itu!” Seru Dara kesal.
“Ini…ini … mungkin…” Brisa.
Dara berlari secepat dia bisa. Dia peduli orang orang yang di tabraknya. Hanya satu yang ada dalam kepalanya. Rio.
Air mata tumpah mengaliri pipinya yang sekarang merah . jantungnya berdetang cepat, seolah merasakan rasa sakit yang begitu kuat. Kebingungan yang menjadi memeluknya erat.
Pembicaraannya dengan Brisa masih terngiang dikepala Dara.
“Dara…loe mungkin ketemu sama dia dua minggu yang lalu!”
“Dia udah koma sejak satu bulan yang lalu. Dia mengidap kanker paru paru!” Seru Brisa membuatnya benar benar percaya.
Dara menghentikan langkahnya. Mencoba mengatur nafasnya. Dara mencoba meyakinkan dirinya tentang apa yang dilihatnya sekarang.
Lewat dinding kaca itu Dara melihat sosok Rio. Benar itu Rio. Wajahnya pucat tirus. Tubuhnya ditempeli banyak selang dan kabel , mulutnya tertutupi masker. Dara sungguh ngak percaya , sosok lemah di depannya adalah Rio. Rio yang selama dua minggu ini membuat hidupnya terasa indah!
Setelah mengobrol lama dengan Mamanya Rio Dara memberanikan diri masuk keruangan ICU itu. Bau yang aneh memenuhi rongga dadanya. Dara menatap tubuh Rio yang kurus.
Suara mesin pendeteksi detak jantung membuat siapapapun yang mendengarnya kan merinding. Dara menempatkan diri di sebalah Rio. Menggengam tangannya , memandang wajahnya. Tenggorokan Dara seolah tercekik! Sangat sakit , membuatnya tak sanggup berfikir tentang apa yang terjadi .
Brisa bilang sudah sejak lama Rio ingin mendekati Dara, tapi penyakitnya membuat Rio kuasa melakukan apa yang diinginkannya. Mengetahui kejadian kejadian buruk yang menimpa Dara, Rio menjadi sangat sedih. Dia bisa menghibur Dara.
Karena itu Rio meminta Brisa menjaga Dara. Untuknya. Dan orang orang malah salah sangka. Karena penampilan Brisa yang seperti cowok dan perhatiannya terhadap Dara. Beberapa kali Brisa menolong Dara saat orang orang menjahilinya. Setelah beberapa saat keadaan Rio semakin buruk dan sampai sekarang dia koma.
Seseorang mengelus kepala Dara. Membuat dia terbangun dari tidurnya. Dara terkejut melihat Rio memandang kearahnya. Dengan cepat Dara menggenggam jemari Rio.
“Rio…gimana keadaan kamu?” Tanya Dara parau.
Rio hanya tersenyum. Senyum yang selalu bisa membuat Dara bahagia, namun kali ini membuat hatinya sakit.
“Rio aku…”
Rio menempelkan dua jari di bibir Dara. “ Dara …aku sayang kamu…”seru Rio lemah. Dara kembali tak bisa menahan air matanya . lalu memeluk Rio erat. “Maaf aku bisa dateng ke Prom itu!”
Dara meregangkan pelukannya. Memandang wajah Rio sebentar lalu mengecup lembut keningnnya. “ papa Rio…” Dara terisak.
Rio berusaha sekuat tenaga mengangkat tangganya. Berusaha menghapus titik titik air yang menggenang lewat mata Dara.
“Kamu…jangan nangis lagi, aku ..aku suka liat kamu nangis!” Rio tersenyum.
Langit nampak cerah. Membawa para malaikat ikut menampilkan Choir yang khusuk. Membuat burung burung meberikan suaranya untuk menghiasi pagi yang indah ini. Kata kata mengalun syahdu , ikut mengantarkan doa doa untuk jiwa yang mereka cintai.
Dari jauh, Dara bisa melihat sosok itu tersenyum. Sosok yang dia cintai, yang memberikan ruang luas dihatinya. Yang tak akan pernah Dara lupakan. Sosok itu tersenyum seolah berkata “Jangan menangis Dara!”.
¯
Meski ragamu tak lagi menyentuhku
Jiwa ini takan lepas dari dirimu
Walaupun ini harus terjadi
Kutau kitakan abadi slamanya….
Kuyakin ku kan slalu memandang diriku
Hingga jiwa ini takkan lepas dari dirimu
Walaupun ini harus terjadi
Kutau kitakan abadi slamanya….
(Tlah pergi : Alena)
{{{
Tidak ada komentar:
Posting Komentar